Laporan proposal
SRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (SEAGRAS)
OLEH
SUNARDI BARKAT
051 607 019
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, nikmat kesehatan Nyalah sehingga laporan proposal ini dapat terselesaikan.
Ucapan terimah kasih tak lupa penulis sampaikan kepada yang telah membantu dalam penyusunan laporan proposal ini hingga selesai terutam buat ibu dosen selaku pengasuh mata kuliah METODE ILMIAH. Yang begitu besar jasadnya dalam memberikan motifasi sehingga penulis tidak mengalami kesulitan dalam penyusunan laporan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari penuh bahwa laporan proposal masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan proposal ini. Namun demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan
I. Pendahuluan
-
Latar Belakang
Perairan Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki potensi yang kaya dengan beragam sumberdaya alam, baik hayati maupun non hayati. Sumberdaya hayati laut yang telah lama di kenal orang, sebagian besar pengelolaannya mengarah kepada sumberdaya ikan bernilai ekonomis penting, seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, ternyata masih banyak sumberdaya hayati lainnya yang sangan bermanfaat bagi manusia. Di antara sumberdaya hayati laut yang bermanfaat bagi manusia tersebut ialah lamun (seagrass) dengan beragam spesies.
Lebih dari 52 lamun yang telah di temukan. Di Indonesia 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu 3 marga dari suku Hidrocharitaceae (Enhalus, Thalasia dan Holiphila) dan 4 marga dari suku Potamogetonaceae (Halodule, Cyimodoceae, Syringodium, dan Thalassodendron).
Keberadaan komonitas lamun di suatu perairan mempunyai manfaat baik secara ekonomis maupun ekologis. Secara ekonomis lamun telah banyak di manfaatkan sebagai lahan pangan, pakan ternak, bahan kerajinan, sumber pupuk hijau, obat-obatan, tempat budidaya laut berbagai jenis ikan, kerang-kerangan, tiram, dan tempat rekreasi atau pariwisata. Secara ekologis lamun berfungsi sebagai produsen detritus dan zat hara, tempat berlindung, mencari makan, pemijahan (spawning ground), tempat asunan (nursery ground), sebgai tempat ruaya dari berbagai jenis ikan dan organism laut lainnya dan sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari (Bengen 2001).
Keberadaan makrozoobentos yang mendiami daerah padang lamun tersebut menunjukan bahwa adanya kehidupan yang dinamik terjadi interaksi antar lamun dan biota-biota laut, terutama saling memanfaatkan dan saling membutuhkan dalam proses pertumbuhan dan berkembang biak. Adapula komunitas bentos yang memliki peranan penting bagi kepentingan manusia misalnya sebagi makanan manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan sebagai indicator suatu perairan. Dengan demikian menunjukan bahwa pada daerah padang lamun memiliki potensi yang cukup besar untuk dikelola dan di manfaatkan oleh masyarakat serta menunjang produksi perikanan di wilayah pesisir.
Pulau raja adalah salah satu pulau yang berada di wilayah kecamatan oba selatan.Di pilihnya pulau raja sebagai lokasi penelitian di dasarkan pada pertimbangan bahwa ekosistem di daerah ini sangat kompleks , terdiri dari ekosistem trumbu karang, padang lamun, rumput laut,dan hutan mangrove.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul ”Struktur komonitas Makrozoobentos pada ekosistem padang lamun (seagrass) Di perairan pantai pulau Raja Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan Propinsi Maluku Utara”
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk :
- Menginventsi jenis – jenis makrozoobentos dan lamun pada ekosistem padang lamun.
-
Mengetahui struktur komonitas makrozoobentos dan lamun pada ekosistem padang
Lamun.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian di harapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi tentang keberadaan makrozoobentos dan lamun (seagrass) di perairan pantai pulau raja Serta dapat memberikan manfaat kepada lembaga akdemis sebagai bahan informasi ilmiah dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Makrozoobentos
Secara etimologi makrozoobentos bebrasal dari dua kata yaitu makro dan zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar (Barnes, 1994). Kelompok hewan-hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea (bulu babi), holthutroidea (teripang), dan gastropoda (keong).
Bentos adalah organisasi flora dan fauna atau jasad nabati yang hidup mendiami dasar suatu perairan. Fauna benntos adalah organisasi yang hidup meletakkan diri pada suatu perairan (Odum, 1996). Menurut Nybakken (1992), fauna bentos di bagi menjadi dua bagian, yaitu epifauna dan infauna. Epifauna adalah organisme bentik yang hidup pada atau bergerak melalui permukaan substrat atau organism bentik yang hidup pada permukaan dasar laut. Sedangkan infauna adalah organism bentik yang mempunyai kebiasaan hidup membenamkan dirinya ke dalam dasar peraiaran, menggali saluran atau membuat lubang di dasar perairan.
2.2. Klasifikasi Makrozoobentos
2.2.1. Phylum Echinodermata
Phylum echinodermata merupakan golongan hewan invertebrate yang berkulit duri. Echinodermata berasal dari kata echinos yang berarti berduri dan derma berarti kulit. Hal ini di sebabkakn karena adanya rangka di dalam yang berhubungan dengan duri-duri. Sehingga permukaan tubuhya seperti berduri. Echinodermata merupakan satu-satunya phylum dalam dunia binatang dimana anggotanya tidak ada yang hidup parasit (Soewignyo, 1989). Adapun yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah teripang laut, bintang laut, bintatng ular laut, bulu babi dan lilia laut.
Echinodermata memiliki ciri khas sebagai berikut:
- Susunan tubuh radial,
- Skeleton terbentuk dari CaCO3,
- Hidup tidak berkoloni,
- Alat gerak berupa system ambulakral,
- Semua hidup di laut,
-
Klasifikasi di dasarkan pada beberapa factor berikut:
- Cara bergerak,
- Bentuk tubuh,
- Bahan pembentuk skeleton,
- Meluasnya coelon,
- System alat gerak (system ambulakral).
- Alat respirasi.
- Cara bergerak,
Phylum echinodermata dibagi menjadi 5 kelas, yaitu Holothuroidea (teripang laut), Asterodea (bintang laut), Ophiuridea (bintang ular laut), echinoidea (bulu babi), dan Crinoidea (lilin laut). Kuncoro (2004).
Soewignyo (1989), secara lengkap mengklasifikasikan phylum echinodermata sebagai berikut:
Phylum : Echinodermata
Sub-phylum : Pelmatozoa
Kelas : Asteroidea
Genus : Comatula
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Genus : Linckia, Culcita
Ordo : Spinolosida
Genus : Pterastetr, Achanthaster
Ordo : Forciulata
Genus : Anteria, Heliaster
Kelas : Ophiuridea
Ordo : Ophiurida
Genus : ophiotrix, Ophioftrichoides, Ophiolepis
Kelas : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Genus : Diaderna, Echinometra
Ordo : Echinoida
Genus : Colobecentrotus, Heleterocentrotus
Kelas : Holothuroidae
Ordo : Dendrochirotida
Genus : Cucumaria
Ordo : Aspidochirotida
Genus : holothuria, stichopus
2.2.2. Phylum Molluscha
Pylum moluscha merupakan hewan lunak. Moluscha berasal dari kata latin moluscus yang artinya lunak, sehingga dikatakan kelompok hewan ini mempunyai tubuh yang lunak, dan tidak beruas-beruas atau tidak bersegmen dengan badan tubuh yang anterior yaitu kepala sedangkan bagian perut sebagai otot kaki (Kuncoro, 2004). Secara lengkap klasifikasi phylum moluscha sebagai berikut:
Phylum : moluscha
Kelas : gastropoda
Sub-kelas : prosobranchia
Ordo : acheogastropoda
Genus : holiotis, trochus, turbo
Ordo : mesogastropoda
Genus : thrombus, lambis.
2.3. Morfologi Makrozoobentos
2.3.1. Kelas Astroidea (bintang laut)
Bintang laut biasanya berbentuk simetri radial dengan cara geraknya yaitu bergerak bebas pada batu, karang dan pasir laut. Bintang laut biasanya bergerak dengan menggunakan tangan, dimana keluarnya tonjolan-tonjolan dari tubuh yang terdiri dari central disk. Tangan bintang laut mempunyai lima buah yang menjalur ke sekeliling arah dari pusat atau cakramnya.
2.3.2. Kelas Echinoidea (Bulu babi)
Bulu babi di kenal dengan istilah sea urchin atau landak yang mempunyai kulit berduri serta mempunyai struktkur cangkang yang membulat. Sruktur ini merupakan bentuk yang melindungi bagian dalam dan di lengkapi dengan duri-duri yang dapat di gerakkan dan tanpa lengan. Bulu babi mempunyai tubuh bulat dan mempunyai duri-duri yang tajam serta panjang kira-kira 8 – 10cm.
2.3.3. Kelas Holuthroidea teripang
Teripang mempunyai bentuk tubuh yang bervariasi mulai dari bulat sampai memanjang dan pipih atau selinderis dengan panjang tubuhnya 10 – 30cm, dengan mulut pada salah satu unjung dan dubur pada unjung lainnya (nontji, 2001). Selanjutnya Soewgnyo (1989) menyatakan bahwa teripang memiliki tubuh yang berotot-otot, tipis, tebal, dan lembek atau licin kulitnya halus atau bintik-binting. Pada bagian ini terdapat spikula- spikula yang terbantuk seperti meja, motom serta bentuk lainnya tergantung jenisnya.
2.3.4. Kelas gastropoda (Keong)
Gastropoda adalah hewan relatif besar yanmenarik.namanya berarti perut (Gaster = perut; pous =kaki). Cangkang asimetrs dan biasanya menggulung seperti ulir berputar kekanan.
Dharma (1988) mengemukakan bahwa gastropoda merupakan salah satu kelas dalam phylum mollusca yang di sebut hewan yang ber kaki perut karena menggunakan perut untuk kaki dan kebanyakan hidup di laut.
Cangkang gasropoda berbentuk tabung dan mimiling (coilet
) ke kanan, yakni searah putaran jarum jam, bila di lihat dari unjung runcing. Namun apabila mimilin kekiri,pertumhan cangkang yang memilin sebagai spiral itu di sebabkan karna pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang dalam (Nontji 2001).
2.3.5. Kelas Bilvalve (keran g –kerangan)
Oermajati dan Wardhana (1990) menemukakan bahwa ciri – ciri umum dari kelas bivalve yaitu cangkang biasanya simetris berjumlah dua buah yang di buka dengan otot refraktor,pada bagian dorsal cangkang terdapat gigi engsel dan ligamen , ingsan umumnya berbentuk lempengan –lempengan berjumlah satu atau dua pasang ,kepala tidak ada mulut di lengkapi labial palp tanpa rahang atau radula.
2.4.Habitat dan Penyebaran Makrozoobentos
2.4.1. Kelas Asteroidea (Bintang Laut)
Bintang laut (Astroidea)biasanya di jumpai pada dasar perairan terutama di daerah lamun dan trumbu karang banyak di jumpai pada daerah pantai atau daerah pasang surut dengan subsrat berpasir hingga pasir berbatu yang hidup sampai kedalaman 500m adpula yang terdapat di lereng trumbu karang pada kejelukan 2-6m,ada yang di temukan dipaparan trumbu karang terbuka pada saat air surut (Romimohtarto dan Juana, 2001).
2.4.2. Kelas echinoidea (Bulu babi)
Umumnya hewan-hewan yang termasuk dalam phylum echynodermata dapat dijumpai didaerah pantai terutama di daerah tu8rumbu karang dan padang lamun.dapat ditemukan pula pada daerah berpasir atau berkarang sampai kedalaman 500m (Soewignyo,1989)
Bulu babi (echinoidea) paling banyak di jumpai di daerah Indo –pasifik yang berpusat di indo –malay dan meluas keaustalia,jepang pantai timur afrika dan sebelah timur kepulawan hawai.
2.4.3. Kelas Holuthuroidea (Teripang)
Teripang merupakan hewan benthos yang terbesar di seluruh lautan di dunia, hidup dasar pada derah intertidal hingga laut dalam.daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas terutama di daerah terumbu karang, perairan yang substrat berpasir ,berbatu karang dan pasir berlumpur antra lain di Bangka dan sekitarnya,di daerah Maluku utara ,jenis teripang yang
paling banyak di temukan adalah teripang pasir,terpang kapserta kapur,teripang batu keeling, teripang nanas,terutama di daerah seram,pulau osi,pulau buru,pulau bacan,pulau Halmahera serta kepulawan kei dan aru (Yusron 1992).
2.4.4. Kelas Gastropoda (Keong)
Soewigyo (1989), menyatakan bahwa grastopoda biasanya disebut siput atau keong dan merupakan kelompok molluscha yang paling berhasil menduduki berbagai habitat yakni tredapat di darat, perairan tawar dan terbanyak di laut. Grastopoda biasanya di tamui pada berbagai jenis lingkungan dan bentuknya telah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selanjutnya grastopoda hidup tersebar luas di perairan Indonesia seperti Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Jasin, 1989).
2.4.5. Kelas Bivalve (Kerang-Kerangan)
Umumnya hewan-hewan dari kelompok bivalve memiliki habitat diperairan laut, payau, sungai, danau dan rawa. Adapula yang menempel pada substrat berkarang dan batu dan ada pula yang membenamkan diri dalam substrat pasir dan lumpur. Hewan ini tersebar di berbagai perairan dan tempat di seluruh daerah di Indonesia (Oemarjati dan Wardhana, 1990).
2.5. Karakteristrik Dan Morfologi Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga 9angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Den Hartog (1970) dalam Dahuri (2003) menyatakan bahwa tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat yaitu:
-
Mampu hidup di media air asin,
-
Mampu berfungsi normal,
-
Mempunyai system perakaran jangkar yang berkembang baik,
-
Mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generative dalam keadaan terbenam.
Lamun memiliki perbedaan yang nyata dengan tumbuhan atau rumput laut (Seaweeds). Tanaman lamun memiliki bunga dan buah kemudian berkambang menjadi benih. Lamun tumbuh subur terutama di perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur pasir, krikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman 4m.
2.6. Habitat dan Penyebaran Lamun
Lamun hidup di perairan dangkal dan jernih pada kedalaman berkisar antara 2-12m, dngan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkilasi tersebut di perlukan mengantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta menyangkut hasil metabolisme lamun keluar daerah padang lamun (Nybakken, 1992).
Penyebaran ekosistem lamun di Indonesia cukup luas yaitu di perairan Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Di dunia secara geografis lamun ini memang terpusat di dua wilayah yaitu di Indo-Pasifik barat dan Karabia (Dahuri dkk 2001).
2.7. Fungsi dan Manfaat Lamun
Bengen (2001) menguraikan beberapa fungsi penting padang lamun bagi wilayah pesisir dan laut yaitu:
1. produsen detritus dan zat hara
2. Mengikat sedimen dan menstabilkan subsrat yang lunak ,dengan system perakaran yang
dapat saling menyilang.
3. sebagai tempat pelingdung, mencari makan, tumbuih besar dan mijah bagi beberapa
4. jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
5.Sebagai tudung pelingdung yang melindungi penghuni padang lamun dari sangatan
matahari.
Selain itu Bengen (2001) menguraikan manfaat padang lamun sebagai berikut:
-
Tempat kegiyatan budidaya laut bergai jenis ikan, karang – karangan dan tiram.
-
Tempat rekreasi atau pariwisata.
-
Sumber pupuk hijau
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini laksakan diprairan pantai pulau raja kecamatan oba kota tidore kepulauan propinsi Maluku utara. Sedangkan waktu pelaksanaan bulan febuari-juni 2008.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam rencana penelitian ini dapat di lihat pada table berikut.
Tabel .Alat yang di gunakan dalam penelitian
No |
Alat |
Satuan |
Kegunaan |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 |
Kuadrat 1×1 m Meteran rol Kantong plastic Thermoter (0C) Sekop (alat pencunkil) Hand refraktormeter (%o) Tiang tancap Kamera digital Alat tulis menulis Buku identifikasi Kertas lakmus Global Position system (GPS) Soil tester
|
M2 m – 0C – %o – – – – – – –
|
Untuk diletakan pada garis transek Untuk mengukur panjang transkip Untuk megisi sampel Untuk mengukur suhu Untuk menggali dan mengambil sampel Untuk mengukur salinitas perairan Memberi batas garis transek Dekumentasi Untuk menulis data Untuk mengindentifikasi jenis-jenis lamun Untuk mengukur pH air Untuk penentu lokasi penelitian Untuk mengukur Ph tanah |
Sedangkan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis makrozoobentos dan jenis-jenis lamun yang temukan di lokasi penelitian.
3.3.Teknik Pengambilan Data
3.3.1. Makrozoobentos dan Lamun
Teknik yang di gunakan dalam pengambilan data ini adalah menggunakan line transek yaitu tali transek di tarik tegak lurus dari garis pantai kearah laut secara vertical (Krebs ,1999). pengambilan data terdiri dari 1 stasium yaitu di perairan pantai pulau raja dengan 4 titik areal. Titik 1 sebelah utara (pulau woda) titik 2 sebelah selatan (pulau tamen) titik 3 sebelah barat (pulau moti) dan sebelah timur (Desa Guratu). Masing-masing titik areal dengan 5 lintasan. pada masing- masing lintasan di lakukan 10 kali ulangan penetapan kuadrat.
Pada masing-masing lintasan ditarik tali sepanjang 50 meter arah laut dan jarak antara setiap lintsan adlah 50 meter.sendangkan jarak antara setiap kuadrat pada masing-masing lintasan adalah 5 meter. Pengambilan jenis makrozoobentos di lakukan dengan menggli subsrat dengan menggunakan skop atau alat mencungkil sedalam 25cm. setiap jenis makrozoobentos dan lamun yang terliput di dalam kuadrat ambilm dan di masukan kedalam kantong plastic atau kantong sampel. Yang telah di beri label. setelah itu jenis- jenis makrozoobentos dan jenis-jnis lamun yang dapat di bersihkan kemudian di identivikasi dan di jumlah setiap individunya.
3.3.2. Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan di lakukan pada saat pengambilan sampel yaitu berupa: suhu perairan, salinitas perariran, PH air PH tanah.
1. Suhu Perairan
Untuk pengakuran suhu alat yang di gunakan adalah thermometer air raksa yang di
celupkan pada permukaan air laut
-
Salinitas Perairan
Untuk pengukuran salinitas alat yang digunakan adalah hand refraktometer.sebelum melakukan pengukuran kaca objek di bersikan lebih dahulu dengan mengoleskan aquades hingga stril (Menunjukan angka 0),kemudian sampel air diambil dengan menggunakan pipet dan teteskan pada kaca objek.untuk melakukan pada pembacaan skala pada objek pengamatan di arahkan pada sumber cahaya guna memperjelas angka dalam kaca objek.
-
PH Air
Untuk pengukuran pH air alat yang di gunakan adalah kertas lakmus. Kertas lakmus di celupkan di atas perairan kemudian di amati.
-
pH Tanah
Untuk pengukuran pH tanah alat yang di gunakan adalah soiltester.soiltester di tancapkan kepermukaan tanah kemudian di amati.
5 Subsrat
Pengamatan substrat di lakukan pada setiap kuadrat dan di lakukan secara visual.
3.4.Teknik Analisis Data
3.4.1. Kepadatan Jenis (D)
Data yang telah di peroleh di analisis dengan formula yang di kemukakan oleh Krebs (1999) menentukan :
D = |
Ket : D = kepadatan setiap jenis (ind/m2)
X = jumlah individu per jenis (ind)
A = luas areal yang terukur dengan kuadrat (m2)
3.4.2. Pola Sebaran (Id)
Untuk mengetahui pola sebaran jenis suatu organisasi pada habitat digunakan indeks sebaran morisita (Krebes, 1999) adalah:
Id = − |
Ket :
Id = Indeks Sebaran Morisita
n = jumlah kuadrat pengambilan jenis
∑xi = jumlah induvidu pada kuadrat jenis
∑xi2= jumlah kuadrat total induvidu jenis
3.4.3. Keanekaragaman jenis (H)
Untuk mengetahui kenekaragaman jenis menggunakan Indeks Shannon
-
Wiener (1949) dalam Ludwiq and Reynold (1988) sebagai berikut:
H = – 2
Ket :
H = indeks keanekaragaman jenis
ni = jumlah individu sampel jenis ke-I (ing)
3.4.4. Indeks Dominasi (Odum, 1996)
C = 2 |
Ket :
C = indeks
ni = jumlah individu sampel jenis ke-i
N = jumlah individu seluruh jenis
bisa ditunjukkan daftar pustakanya?untuk bisa dijadikan rujukan
Insya Allah Bro…!!
sorry, wktu posting aQ gag liat2 dlu,, pdahal DafPus nya blm.